A man standing on the side of a street next to a traffic light photo. Photo by Yves on Unsplash.

Sejarah Singkat

Dora

Hmmm... Akhir-akhir ini sebenarnya sedang dilema dengan kucing-kucing-ku, yang jumlahnya... Well... Banyak.

Long story short, awalnya kucing ku hanya satu—yang tersisa, setelah beragam hal yang terjadi sejak Februari 2024. Hanya satu, yakni Dora—dari Dora the Explorer, karena suka mengeksplorasi kesana kemari. Tapi kadang-kadang beberapa viewer-ku di Twitch justru ngeplesetin jadi Dora the Exploder, karena kelakuannya macem-macem -_-

Dora—15 Dec 2024. Foto koleksi pribadi.

Jusi

Jusi, saat ditemukan, 10 Jan 2025. Foto koleksi pribadi.

Lalu, sekira enam minggu lalu, muncul seekor kucing calico, betina, kurus, di Jum'at siang. Entah darimana datangnya, tiba-tiba muncul. Jinak, patuh, anteng ayeng, anggun, suka ndusel-ndusel, bahkan di awal-awal suka ngegigit hidung-ku. Kenapa? Entahlah kenapa ya.

Karena ketemunya Jum'at siang, maka kunamai-lah ia dengan Jusi. Semingguan dipelihara... Anteng... Ayeng... Observant... Tidak banyak tindak-tanduknya... Setelah semingguan, baru berani keluar rumah. Itu pun masih takut-takutan. Lalu, semuanya berubah saat...


Induk dan Empat Anak Baru

Well... 29 Januari 2025, daku pun dihubungi oleh seseorang—yang dulu notabene pernah kutanya-tanya, pingin adopsi kucing, biar si Dora ada temennya, daripada sendirian aja ga ada temen main, tapi basically kena ghosting. Di hari itu, daku ditawari, apakah mau adopsi lima ekor kucing? Ada induknya, dan empat anak-anaknya.

Induk dan empat ekor anak, saat ditawarkan via WhatsApp.

Sejujurnya, di awal daku jawab dengan "Dipikir-pikir dulu ya kak.". Mengingat kucing-ku sudah ada dua, dan untuk membiayai kucing sebanyak ini... Tentu butuh dana yang banyak, ya. Belum lagi karena daku tidak tinggal di "rumah sendiri", tentu menimbulkan problema baru.

Keesokannya, tetap diantar, meskipun sebenarnya tidak diiyakan. Akhirnya... Empat ekor anak kucing pun tiba di hari Kamis.

Di awal-awal, sejujurnya tidak cocok. Anak-anaknya takut-takutan, dan agresif sekali. Dipegang tidak mau, dielus tidak mau, menggigit, kabur ke sana ke sini, akibatnya daku harus mengurung mereka di dalam kardus.

Duo patuh di awal. Duo ganas di awal.

Well... Jum'at malam, induknya pun diantar sekalian. Sehingga kini ada lima kucing baru, selain dua kucing asli yang ku pelihara.

Induk, dan empat anaknya kini bersatu.
  • Ekspektasi: Induk dan empat anak akan patuh, dan mau dielus dan dipegang-pegang seperti dua kucingku yang lainnya.
  • Realita: Tidak begitu. Dipegang takut. Didekati takut. Disentuh takut. Mau induk, mau anak yang manapun, tak ada yang mau.

😮‍💨 sigh...

Mungkin memang perlu waktu, ya. Biar bisa percaya padaku.

Di titik ini sebenernya merasa tidak diapresiasi sih. Mohon maaf kalau kedengeran keki atau petty ya. Cuma... Sedih aja.

Kayak... Makan di sini. Minum di sini. Tidur di sini. Tapi dipegang tidak mau, kayak... Sedih aja.

Empat anak menyusu pada induknya.

Seiring waktu... Empat minggu kemudian... Iya... Sudah mulai patuh sih. Kotoran sudah bisa diajari buat di bak pasir, sudah mulai "kepo" dan "ngekor" kalau aku kemana-mana...

Dipegang sudah mau, dan diajak main pun beberapa ada yang mau. Tapi dipeluk dan cuddle gitu masih ga mau. Jadi masih tetep bingung, dan dilema.


Problema

Mari, daku jabarkan problema-nya biar jelas kenapa daku merasa dilema dan bingung sekali beberapa hari ini.

Foto Yes Point Problema
Dora.
  • Paling patuh. Paling ngekor. Paling manja.

  • Paling peduli. Kalau sakit, atau aku lagi galau, selalu peduli. Ngekor, ngikut, nemenin, tidur bareng. Bahkan saat aku tidur doang di kasur, tidur di samping, mau diam-diam ataupun tidak. Aku sakit cuma tiduran doang, dia tetep aja nemenin sampai aku beneran keliatan "fit". So I feel... Really appreciated. I love her so much.
  • Horny terus -_-

    Iya sih, pejantan yang seumuran di sekitar sini ga banyak—atau malah tidak ada. Dan aku belum punya dana untuk "steril". Tapi dia ni dideketin sama pejantan-pejantan yang lain pun tidak mau -_- Jadi maunya apa? Mana ribut banget setiap birahi -_-

  • Nah seiring dengan ini, Dora dan pejantan yang niat pun sering berlarian di atas atap. Ini yang bikin oom marah sebenernya. Suara lari-lariannya ribut sekali, dan atap seng di rumah tempat tinggal ini memang "rapuh".
Jusi.
  • Anteng... Ayeng... Pendiem...

  • Ga sepeduli itu sih. Cuma suka ngamatin diem-diem, dan tidur di sekitar-ku. Ga di kaki kayak si Dora, tapi masih mau di sekitar. Dipeluk pun mau, manja-manja pun mau. Jadi... Tetep seneng dan ngerasa diapresiasi sih.
  • Sejak ketemu satu dari empat anak kucing baru ini, aktif sekali. Agak maklum, soalnya pas ketemu kurus, tulang-nya kerasa. Pas semingguan juga cuma tidur, berkurung doang, dan ga berani keluar rumah. Jadi mungkin dengan anak kucing baru ini, dapet temen ya.

    Masalahnya, mereka itu kadang lari-larian di atas atap -_- Entahlah kenapa ya. Tanah di bawah luas, lantai pun ada, tapi yang dipilih? Atap. -_-

  • Suka loncat. Haduh tuhan yang ini... Aku pun speechless. Ga tau ya gimana ngelarangnya. Jarak antar atap itu cukup jauh sih. Mungkin sekira 50-100 cm. Tapi kalau kucing lain bisa naik/turun perlahan-lahan, tanpa harus ribut, kenapa harus loncat? Mana yang loncat cuma dia doang -_- Ribut, dan oom tentu saja marah kalau loncat-loncat begitu.

  • Buang airnya kadang-kadang... Tidak di tempat. Aku bingung kenapa -_-

    Dulu sebelum ketemu anak-anak kucing baru, pipisnya di luar. Sekarang? Kadang di luar kotak kotoran, kadang di dalam. Agak heran -_-
Induk Kucing.
  • Anteng. Ayeng. Ga ada masalah apa-apa sih sebenernya.
  • Mungkin... Karena bau-nya udah kegantiin sama bau Jusi, jadi suka nge-hiss-hiss empat anaknya. Tapi somehow, salah sendiri juga, karena sering ninggalin anak-anaknya sampe 18-24 jam an sehari.

  • Ga bisa... Ngurus anak. Nyusuin anak bisa, jilat-jilat bisa, kalau anaknya terancam, protektif. Tapi cara bersih-bersih kotoran, lokasi buang kotoran, bertingkah di sekitar lauk-pauk tidak diajari. Anaknya tidak diajari untuk menggali tanah dulu sebelum buang kotoran, bahkan menutup kotoran dengan tanah. Bahkan membersihkan tangan dan kaki setelah buang kotoran pun tidak. Akibatnya anak-anaknya menjilat-jilati tangan dan kakinya. Yang berakibat, mencretnya si anak-anak.

  • Lagi hamil. Oom kayaknya bakal tambah ga suka kalau dari yang tujuh sekarang, nambah lagi nanti anak-anak yang baru.

  • Ga mau dipegang sih. Dipeluk segala macam, menegangkan diri, kemudian lari. Tapi makan, minum, tidur, masih di sini... Heran.
Coklat Putih.
  • Dari empat, cuma ini yang paling patuh, paling penurut, paling mau diajar untung buang kotoran dengan baik dan benar.

  • Ia juga mau dipegang-pegang, main bareng, dipeluk pun sudah "bisa".
  • Pernah maling makananku, beberapa kali. Ya tuhan -_- Aku bingung. Suka manjat ke atas meja, lalu diambillah plastik lauk-paukku. Lalu dimakan. Saban hari oom juga pernah bilang kalau lauk oom juga dimaling kucing, namun aku tidak yakin yang mana...
Hitam Putih.
  • Dia ini... Awalnya salah satu yang penakut dan paling agresif. Tapi semakin ke sini semakin tsundere, dan sudah bisa dipegang-pegang. Masih takut-takut dan suka "menegangkan badan" kalau dipeluk, but, still a progress...

  • Bisa diatur lokasi buang airnya, jadi... "Oke".
  • Suka lari-lari dan loncat-loncat, baik di atas atap maupun di plafon, dengan Jusi. 😮‍💨

  • Sore ini... Ketauan ngambil makananku di piring. Ya tuhan...
Setengah Calico.
  • Bisa diatur buang airnya. Jadi saya tidak terlalu khawatir lagi.

  • Sudah bisa dipegang-pegang juga...
  • Meskipun sudah bisa dipegang, tetep aja ga mau lama-lama, dan kalau lama-lama malah menegangkan diri, lalu agresif dan menggigit-gigit/mencakar-cakar.
Calico Putih.
  • Tsundere. Sepertinya sih begitu ya...
  • Ini pelakunya. SUSAH DIAJAR. Udah dibawa ke kotak buang air di atas, tetep aja buang air di tempat yang salah. Mau di deket sofa, di lantai, di atas plastik tepat disebelah kotak kotoran, dan sebagainya. HERAN. SUMPAH.

  • Suka meringis kecil gitu, tapi sok-sok kuat pula -_-

Jadi sebenarnya keliatan kalau problemanya berasal dari datangnya lima kucing baru ini ya... Kotorannya dimana-mana, diatur susah, dan akhirnya... Begini.

Kemudian, terkait maling lauk-pauk... Mungkin ya, karena sebelumnya, di tempat tinggal mereka itu semacam "rumah makan", dan suka maling makanan jadi, saat mencium aroma makanan seperti wet food, ayam, ikan, bahkan ikan asin, menjadi gila semua, semacam tidak pernah dikasi makan, padahal tempat makan terbuka 24 jam.

Satu lagi mungkin terkait makanan yang dananya tentu tidak sedikit, dan juga pasir khusus untuk kotoran mereka ini. Biayanya bisa 150-an seminggu, dan itu... Banyak, untuk income yang tidak sebanyak itu.


Kebingungan

Sebenernya... Bingung. Serius. Oom beberapa kali udah bilang, "Banyak kali kucing ni. Mana kotorannya dimana-mana. Oom yang lain ga bisa tidur dan istirahat karena bau-nya.". Which is... Understandable. Aku pun pusing sebenernya. Dah kayak ngurus anak-anak batita/balita -_- Tapi beberapa hari terakhir, sudah mulai "oke", karena aku beli pasir tofu—duitku ya tuhan... 😭—jadi kotorannya menggumpal, dan mudah untuk dibersihkan. Plus aroma pasir tofu ini semerbak, jadi bisa menutupi aroma kotoran-kotoran mereka ini.

Oom juga sebenernya sering nyinggung, kalau masih kayak gini, biar oom yang buang. Daripada nanti ayam-ayam di kandang yang dimakan atau diganggu.

Well... Daku bilang, "Coba Adli cari dulu dua hari ini, siapa tau ada yang mau ya om.". Lalu daku coba hubungi kembali ke yang ngasi kucing sebelumnya, jikalau bisa dikembalikan. Namun... Berakhir di-ghosting. Dua kali bertanya, dua kali pula tidak ada kejelasan.

Apakah memang harus merelakan saja untuk dibuang oom, ya?


Solusi?

Pindah Rumah?

Sebenernya... Ga tau juga, solusinya apa.

Beberapa minggu lalu kepikiran, kalau ada dana, mau sewa kontrakan atau rumah, biar aku bisa tinggal di lokasi baru, dan aku pun tidak perlu "segan" dengan kucing-kucing ini. Jujur selama empat minggu ini setempat tinggal dengan-ku, lima kucing baru ini ga kenapa-kenapa kok. Seriusan. Semakin nyaman, semakin oke untuk dipegang sesekali. Tidur pun sudah mulai di sekitarku. Kadang di bawah kursi saat ku kerja, kadang di bawah meja. Cuma... Saat aktif, ya memang kadang berlarian di atas atap, di tanah halaman, dan kadang kalau tidak diperhatikan, maling lauk-ku, dan ada beberapa yang buang kotoran tidak pada tempatnya.

Tapi... Daku masih bisa tahan dengan ini. Jujur.

Namun...

Pindah rumah bukanlah solusi yang sangat memungkinkan saat ini. Secara finansial daku tidak cukup, bahkan untuk hidup sehari-hari dan tagihan bulanan pun masih susah. Ditambah makanan dan pasir tofu kucing-kucing ini. Daku tidak punya "uang dingin" yang cukup jika memang mau pindah rumah.

Dilepas/Dibuang

Sejujurnya... Inilah opsi yang sangat memungkinkan, dari segi finansial.

Sedih sih. Sedang membangun hubungan, dan trust mereka berlima sudah semakin membaik sejauh ini, namun harus dipisahkan kenyataan. Mungkin memang harus membiarkan oom untuk melepas kucing-kucing baru ini ke tempat lain. Mungkin...

Malam ini kuputuskan untuk memposting ke TikTok... Dan semoga memang opsi yang tepat...

@adli_hm [OPEN ADOPT] Halo, untuk pecinta Kucing di Payakumbuh. Apakah ada yang berminat mengadopsi satu induk (sedang hamil) kucing, dan dua anaknya (umur empat bulanan) ya? #fyppppppppppppppppppppppp #fyp #xyzabc #xyzbcafypシ #payakumbuh #openadopt #openadoptkucing #kucing ♬ original sound - Adli: Streamer-Content Creator

Penutup

Jujur, bingung. Maunya sih "tetep bareng-bareng", ya. Cuma seperti yang udah dijabarin di atas, aku ga mampu secara duit. Dan ngatur mereka pun susah.

Sebenernya kepikiran juga, gimana kalau dari lima kucing baru ini, cukup dua atau tiga aja yang dilepas lagi, dan dua atau tiga lagi tetap aku pelihara? Mengingat sebenernya yang susah diatur itu cuma satu. Tiga lagi sejauh ini bisa diatur, dan kalau buang air, selalu ke kotak kotoran yang disediakan.

Namun, apakah boleh ya?